Friday, February 25, 2011

askep cairan dan elektrolit

ASUHAN KEPERAWATAN An. R

DENGAN GANGGUAN SISTEM CAIRAN
PADA PENYAKIT DIARE AKUT TANPA TANDA DEHIDRASI


BAB II

KONSEP DASAR

A.    Judul
Kebutuhan cairan dan elektrolit
B.     Definisi
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Terdiri atas air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut) cairan tubuh terdapat dalam dua komponen yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. 



Elektrolit merupakan sebuah unsure atau senyawa yang jika melebur atau larut dalam air atau pelarut lain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik. Elektrolit yang mempunyai muatan positif disebut kation diantaranya adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca+), magnesium (Mg2+) dan yang mempunyai muatan negatif disebut anion diantaranya adalah klorida  (Cl-), bikarbonat (HCO3-), dan fosfat (PO3-).
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intraverna dan didistribusikan keseluruh bagian tubuh.
Kebutuhan Cairan Anak
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada  anak  pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu  harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :

Umur
Berat Badan
Total/24 jam
Kebutuhan Cairan/Kg BB/24 jam
3 hari
10 hari
3 bulan
6bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
3.0
3.2
5.4
7.3
8.6
9.5
11.8
16.2
20.0
28.7
45.0
54.0
250-300
400-500
750-850
950-1100
1100-1250
1150-1300
1350-1500
1600-1800
1800-2000
2000-2500
2000-2700
2200-2700
80-100
125-150
140-160
130-155
125-165
120-135
115-125
100-1100
90-100
70-85
50-60
40-50

Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan  bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Derajat Dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
Ringan
Sedang
Berat
50
75
125
100
100
100
25
25
25
175
200
250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
C.    Tujuan
1.      Untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
2.      Untuk mencegah terjadinya hipovolemia dan hipervolemia
D.    Indikasi dan kontraindikasi
a.      Indikasi
1.      Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).
2.      Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
3.      Pemberian kantong darah dan produk darah.
4.      Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
5.      Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
6.      Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
b.      Kontraindikasi
1.      Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2.      Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3.      Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
E.     Komplikasi
1.      Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
2.      Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3.      Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
4.      Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
F.     Prosedur Tindakan dan Rasional
1.      Pantau
a.       Input dan output setiap 8 jam
b.      IV setiap 4 jam
c.       Hasil elektrolit serum
Rasional : untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2.      Lakukan terapi yang ditentukan untuk mengatasi retensi cairan :
a.       Diet natrium dibatasi
b.      Input cairan dibatasi
c.       Terapi deuretik
d.      Evalusi keefektifan terapi : resolusi manifestasi kelebihan air tubuh
Rasional : natrium menahan air. Diuretic membantu membuang kelebihan air tubuh,
3.      Beri tahu dokter bila retensi cairan menetap atau memburuk ( edema, roles, vena leher distensi, penambahan berat badan setiap hari, natrium serum rendah)
Rasional : temuan-temuan ini menandakan kebutuhan terhadap tes lanjut untuk mengesampingkan penyebab retensi cairan lainnya.
4.      Berikan perawatan kulit dan mulut. Mandikan setiap dua hari sekali dengan menggunakan sabun ringan. Berikan lotion sesuai indikasi
Rasional : kulit dan mulut adalah kering dengan penurunan elastisitas, karena vasokontriksi dan penurunan air intraseluler. Mandi setiap hari dapat meningkatkan kekeringan.
5.      Bantu dengan latiha rentang gerak pasif/aktif
Rasional : memperbaiki tonus otot dan menurunkan kram dan nyeri otot.
6.      Berikan cairan IV (garam foal hypertonic) sesuai kebutuhan
Rasional : menggantikan kehilangan cairan dan natrium untuk mencegah dan memperbaiki hipovolemia.

BAB II
TINJAUAN KASUS

A.    PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Juni 2010 jam 10.00 WIB. Pengumpulan data diperoleh dengan anamnesa dan melihat CM pasien.
1.      Identitas Pasien
2.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan utama
Keluarga mengatakan pasien mencret
b.      Riwayat penyakit sekarang
± 8 hari sebelum masuk rumah sakit anak panas tinggi, terus menerus terutama sore dan malam, turun dengan penurunan suhu normal saat pagi dan siang hari, tidak ada kejang, tidak menggigil, tidak batuk dan pilek, tidak keluar cairan dari telinga, mencret 4X sehari @ ¼ gelas belimbing, dan nyemprot, tidak ada lendir, tidak ada darah, cair campur ampas warna kuning, tidak muntah, BAK lancar, tidak kesakitan saat BAK. Berobat ke bidan tidak ada perubahan. ± 6 hari sebelum masuk ke rumah sakit anak dibawa berobat ke dokter spesialis anak dilakukan lab darah dikatakan masih baik, kemudian berobat jalan. 1 hari sebelum masuk rumah sakit anak masih panas dan mencret 2X sehari anak tampak lemas, anak tanpa kehausan dan perut kembung, kemudian dibawa ke IGD RS Dr. Kariadi.
c.       Riwayat Penyakit Dahulu
Anak didiagnosa megakolon congenital belum operasi karena kesulitan biaya. BAB 1X dalam 3 hari kadang anak kembung, kembung berkurang bila dimasukkan selang dari dubur.
d.      Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada kelurga yang punya penyakit seperti ini, dan tidak ada anggota keluarga yang punya penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, dll. Dan juga tidak ada yang punya penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
e.       Pengkajian Nutrisi
-          Berat badan     : 5,2 Kg, sebelumnya 6 kg
-          Panjang badan : 60 cm
-          Lingkar lengan : 16 cm
-          Lingkar kepala : 40 cm
-          Lingkar dada   : 42 cm
-          Lingkar perut  : 44 cm
-          Kebiasaan pemberian susu sesuai kebutuhan bayi
f.       Pengkajian tumbuh kembang
Prenatal     :
periksa di bidan 4X, imunisasi TT 2X, di bidan dan RS penyakit kehamilan disangka. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan yaitu vitamin dan penambah darah.
Natal         :
anak lahir di rumah sakit, ditolong dokter, secara section caesaria, aterm 19 bulan, atas indikasi partus tak maju. Berat badan lahir 3200kg. Panjang badan waktu lahir lupa.
Post natal  :
pemeriksaan di dokter, anak sehat, di puskesmas dikatakan perkembangan terhambat.

g.      Pasien berada pada masa bayi yaitu masa pada usia 1 bulan sampai 1 tahun (2 bulan) dengan:
-          Perkembangan fisik     :
ukuran badan pasien meningkat  selama tahun pertama kehidupan. BB lahir 3,1 kg dan BB sekarang 5,2 kg. panjang badan lahir 54 cm dan sekarang 60 cm. fungsi fisiologis pasien stabil dengan denyut nadi, respiratory rate dan suhu yang normal. Belum tumbuh gigi.
-          Motorik kasar  :
Pasien sudah bisa mengangkat kepala. Bisa duduk dengan bantuan
-          Suplementasi
Kebutuhan vitamin dan mineral pasien terpenuhi dengan asupan dari susu formula yang diminum
-          Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi hepatitis B pada saat lahir, bulan pertama dan bulan keenam. DPT pada bulan ke dua, empat, dan enam. Polio pada bulan kedua, keempat, dan keenam.
-          Perkembangan kognitif
Pasien dapat mengikuti arah dari benda yang bergerak. Pendengaran pasien perkembangan lambat.
-          Perkembangan psikososial
Pasien jarang tersenyum.
3.      Pola Kesehatan Fungsional Gordon
a.       Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Ibu klien mengatakan kesehatan anaknya sangat penting sehingga dia berusaha mencari solusi jika anak dan anggota keluarganya sakitm dengan membeli obat di warung atau apotek, juga selalu periksa ke puskesmas atau dokter jika sakit.
b.      Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit BB klien 6 kg minum susu sering dan rutin, BB saat sakit 5,2 kg, Karena diare dan panas.










Tanggal 8 Juni 2010
      Input :                                                                         output
Susu    : 6 x 120 cc =   720 cc                         urine    : 360 cc
Infus                :            96 cc  +                     IWL    : 130cc
                                    816 cc                          Feses   : 240 cc  +
                                                                                      730 cc
Balance Cairan            = Input- output
                                       816-730
                                      + 86 cc

Tanggal 9 Juni 2010
      Input :                                                                         output
Susu    : 6 x 120 cc =   720 cc                         urine    : 420 cc
Infus                :           96 cc   +                     IWL    : 130cc
                                    816 cc                          Feses   : 240 cc  +
                                                                                      790 cc
Balance Cairan            = Input- output
                                      816-790
                                    +26

Tanggal 10 Juni 2010
      Input :                                                                         output
Susu    : 6 x 120 cc =   720 cc                         urine    : 420 cc
Infus                :           96 cc   +                     IWL    : 130cc
                                    816 cc                          Feses   : 180 cc  +
                                                                                      730cc
Balance Cairan            = Input- output
                                      816-730
+ 86



c.       Pola eliminasi
Sebelum sakit BAB klien 2x sehari pagi dna sore, konsistensi lembek warna kuning, dan bau khas, BAK 7-8 X/hari. Setelah sakit klien BAB kurang lebih 4x/ hari dengan konsistensi cair, warna kuning dan bau khas jumlah ¼ gelas tiap BAB. BAK klien 6-7 X/hari.
d.      Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit klien bergrak aktif, mau bermain. Setelah sakit klien tampak lemah dan banyak diam.
e.       Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klientidur 12-14 jam/hari
Setelah masuk rumah sakit tidak ada gangguan pola tidur
f.       Pola persepsi, sensori, dan kognitif
Klien mempunyai pancaindra lengkap, namun anak terkena sindrom down. letak telinga yang rendah (low seat ear), garis kelopak mata yang miring, jari kelingking pendek, batang hidung datar alias pesek.
g.      Pola hubungan dengan orang lain
Sebelum dan sesudah sakit klien tidak ada perubahan saat digendong dengan siapa saja. Tidak menangis.
h.      Pola persepsi dan konsep diri
Body image :
klien adalah bayi laki-laki yang punya postir tubuh yang lengkap namun
kurang dalam fungsinya.
Peran diri :
Pasien berperan sebagai anak pertama dalam keluarga
i.        Pola mekanisme koping
Pasien belum mempunysi mekanisme koping. Apabila merasa terganggu pasien menangis.
j.        Pola seksual dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki dengan anatomi dan fisiologi yng normal
k.      Pola kepercayaan dan keyakinan
Klien beragama islam tetapi belum tahu tentang agama karena masih bayi.
4.      Pemeriksaan Fisik
Tanggal 8 Juni 2010
a.       Keadaan umum     : composmentis, kurang aktif
BB sebelum           : 6 kg
BB sekarang          :5.2 kg
LILA                     : 16 cm
Lingkar kepala      : 40 cm
Lingkar dada         : 42 cm
Lingkar perut        : 44 cm
b.      Tanda-tanda vital
Nadi                      : 125 x/ menit
RR                         : 26 x/menit
HR                                    : 118 x/menit
Suhu                      : 37,4º C
Kepala                   : mesosepal
Mata                      : tidak anemis tidak ikterik, garis kelopak mata miring
Hidung                  : tidak ada secret, tidak ada deviasi septum
Mulut                    : tidak ada sianosis
Telinga                  : telinga simetris ka=ki. Letak rendah
Leher                     : tidak ada pembesaran limfe
Dada                     :
Paru-paru

I     : simetris, ekspansi paru kanan=kiri
Pa  :stem fremitus kanan=kiri
Pe  :sonor seluruh lapang paru
A   :suara vesikuler ada
jantung
I     : ictus cordis tak tampak
Pa  : ictus cordis berada di SIC IV mid klavikula
Pe  : tidak ada pembesaran jantung
A   :bunyi jantung BJ I dan BJ II
Abdomen
I     : cembung, tidak asites
Au : bising usus ada
Pa  : tidak ada pembesaran hatu dan limfe
Pe  : kembung
Genetalia               : daerah anus kemerahan
Ekstremitas           : tidak sianosis, terpasang infuse di bagian ekstremitas atas kanan klien, tidak udem, kuku pendek, dan bersih
Kulit                      : bersih, tidak ada luka, turgor kembali cepat.

Tanggal 9 Juni 2010
c.       Keadaan umum     : composmentis, kurang aktif
BB sebelum           : 6 kg
BB sekarang          :5.2 kg
LILA                     : 16 cm
Lingkar kepala      : 40 cm
Lingkar dada         : 42 cm
Lingkar perut        : 44 cm
d.      Tanda-tanda vital
Nadi                      : 130 x/ menit
RR                         : 26 x/menit
HR                                    : 114 x/menit
Suhu                      : 38º C
Kepala                   : mesosepal
Mata                      : tidak anemis tidak ikterik, garis kelopak mata miring
Hidung                  : tidak ada secret, tidak ada deviasi septum
Mulut                    : tidak ada sianosis
Telinga                  : telinga simetris ka=ki. Letak rendah
Leher                     : tidak ada pembesaran limfe
Dada                     :
Paru-paru
I     : simetris, ekspansi paru kanan=kiri
Pa  :stem fremitus kanan=kiri
Pe  :sonor seluruh lapang paru
A   :suara vesikuler ada
jantung
I     : ictus cordis tak tampak
Pa  : ictus cordis berada di SIC IV mid klavikula
Pe  : tidak ada pembesaran jantung
A   :bunyi jantung BJ I dan BJ II
Abdomen
I     : cembung, tidak asites
Au : bising usus ada
Pa  : tidak ada pembesaran hati dan limfe
Pe  : kembung
Genetalia               : daerah anus kemerahan
Ekstremitas           : tidak sianosis, terpasang infuse di bagian ekstremitas atas kanan klien, tidak udem, kuku pendek, dan bersih
Kulit                      : bersih, tidak ada luka, turgor kembali cepat.
Tanggal 10 Juni 2010
e.       Keadaan umum     : composmentis, cukup aktif
BB sebelum           : 6 kg
BB sekarang          :5.2 kg
LILA                     : 16 cm
Lingkar kepala      : 40 cm
Lingkar dada         : 42 cm
Lingkar perut        : 44 cm
f.       Tanda-tanda vital
Nadi                      : 125 x/ menit
RR                         : 26 x/menit
HR                                    : 118 x/menit
Suhu                      : 37º C
Kepala                   : mesosepal
Mata                      : tidak anemis tidak ikterik, garis kelopak mata miring
Hidung                  : tidak ada secret, tidak ada deviasi septum
Mulut                    : tidak ada sianosis
Telinga                  : telinga simetris ka=ki. Letak rendah
Leher                     : tidak ada pembesaran limfe
Dada                     :
Paru-paru
I     : simetris, ekspansi paru kanan=kiri
Pa  :stem fremitus kanan=kiri
Pe  :sonor seluruh lapang paru
A   :suara vesikuler ada
jantung
I     : ictus cordis tak tampak
Pa  : ictus cordis berada di SIC IV mid klavikula
Pe  : tidak ada pembesaran jantung
A   :bunyi jantung BJ I dan BJ II
Abdomen
I     : cembung, tidak asites
Au : bising usus ada
Pa  : tidak ada pembesaran hatu dan limfe
Pe  : kembung
Genetalia               : daerah anus kemerahan
Ekstremitas           : tidak sianosis, terpasang infuse di bagian ekstremitas atas kanan klien, tidak udem, kuku pendek, dan bersih
Kulit                      : bersih, tidak ada luka, turgor kembali cepat.
5.      Pemeriksaan diagnostik
Hematologi Paket                               Hasil                            Normal
Hemoglobin                                        8,69 gr%                      4,50 - 12,50
Hematokrit                                          24,3 %                         32,0 - 44,0
Eritrosit                                               3,15 jt/mmk                 3,80 -5,20
MCH                                                   27,60 pg                      24,00 - 34,00
MCV                                                   77,30 fL                      83,00 - 110,00
MCHC                                                            35,70 g/dL                  29,00 - 36,00
Lekosit                                                            11,90 rb/mmk              5,00 - 24,00
Hitung Jenis + Darah Tepi
Eosinofil                                              2%                               2-5
Basofil                                                 0%                               0-4
Batang                                                 3%                               2-5
Segmen                                               64%                             45-75
Limfosit                                              25%                             50-70
Monosit                                               6%                               5-15
Program
-          Infus 2,5% dextrose, 0,45% NaCl. 480/20/5 tetes/menit
-          Susu 6x 120 cc SGM II
-          3x ½ bubur tempe  
Tanggal 8 Juni 2010
Injeksi ceftriaxon 1x400 mg
Per oral
zinc sulfat 1 x 20 mg
Paracetamol 4 jam 1X 60 mg (T ≥ 38º C)
Oralit 50-100 cc jika mencret
Tanggal 9 Juni 2010
Injeksi ceftriaxon 1x400 mg
Per oral
zinc sulfat 1 x 20 mg
Paracetamol 4 jam 1X 60 mg (T ≥ 38º C)
Oralit 50-100 cc jika mencret
Tanggal 10 Juni 2010
Injeksi ceftriaxon 1x400 mg                                      
Per oral
zinc sulfat 1 x 20 mg
Paracetamol 4 jam 1X 60 mg (T ≥ 38º C)
Oralit 50-100 cc jika mencret

B.     ANALISA DATA
Nama  : An. R
Usia     : 6 bulan
Tanggal
Data Fokus
Masalah Kep
Etiologi
Ttd
Selasa, 8 Juni 2010
DS: Ibu klien mengatakan keadaan anaknya mencret
DO:
-pasien BAB dengan konsistensi cair
-   Tidak ada darah
-   Ada ampas sedikit
-   Tidak berlendir
-   Suhu : 37,4°C
-   Nadi : 26x/menit
-   RR: 26x/menit
-   HR: 118X/menit
-   Input
Susu: 6x120=720 cc
infuse:        =  96 cc +
                       816 cc
-   Output
Urin:              360 cc
IWL:              130 cc
Feses:             240 cc +
                       730 cc
-    Balance Cairan
Input – output
816 cc – 730 cc
      +86

      
Risiko kekurangan cairan
Kehilangan cairan melalui rute normal, diare

Rabu, 9 Juni 2010
DS : ibu klien mengatakan keadaan anaknya panas
DO : suhu 38ºC
Hipertermi
Peningkatan tingkat metabolisme; penyakit

Kamis
10 juni 2010
 DS : ibu klien mengatakan anaknya susah makan

DO: anak terlihat lemas
Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
 Intake inadekuat


C.    PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Risiko kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute normal, diare
2.      Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolism; penyakit
3.      Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intake inadekuat.
D.    INTERVENSI
Nama  : An. R
Usia     : 6 bulan
No DP
Tujuan dan KH
Intervensi
rasional

ttd
1


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diare berhenti dengan
KH: mempertahankan hidrasi adekuat
1.      Monitor Keadaan Umun
2.      Kaji balance cairan
3.      Monitor tanda vital
4.      Monitor status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, nadi adekuat)
5.      Berikan penkes kepada orang tua untuk pemberian oralit/LGG untuk pertolongan pertama jika diare di rumah.
6.      Monitor turgor kulit

Untuk mengetahui keadaan umum pasien

Mengetahui balance cairan
Memonitor tanda-tanda kegawatdaruratan
Mencegah terjadinya dehidrasi

Mempertahankan cairan dalam tubuh


2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam suhu turun dengan
KH: mendemonstrasikan suhu dalam batas
Normal

1.      Pantau suhu pasien
2.      Pantau suhu lingkungan, batasi tambahan linen tempat tidur
3.      Berikan kompres dingin
4.      Kolaborasi dengan dokter  untuk pemberian antipiretik (paracetamol)



Suhu 38,9-41,1°C menunjukan penyakit infeksius akut
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
Membantu menurunkan demam
Menurunkan demam


3

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan
KH:
-   Adanya peningkatan berat badan
-   Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
-   Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
1.      Kaji adanya alergi makanan
2.      Berikan resistensi gula
3.      Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4.      Monitor BB pasien tiap hari


Menurunkan demam

Mengetahui factor penyebab

Meningkatkan energy dalam tubuh

Menambah pengetahuan tentang nutrisi

Mengetahui tanda-tanda malnutrisi
Mengkaji status nutrisi

           

E.     IMPLEMENTASI
Nama  : An. R
Umur  : 6 bulan
NO DP
TANGGAL
JAM
TINDAKAN KEPERAWATAN
RESPON BIREN
TTD
 1




1


1



1




3


2





2



2



2



3


3


3



3


3
 Selasa, 8-6-2010


















Rabu, 9-6-2010

















Kamis, 10-6-2010



 10.00




10.10


10.30



11.00




01.00


10.00





10.10



10.30



11.00



01.00


11.00


11.05



12.00


01.00
Memonitor  keadaan umun




Mengkaji  balance cairan
monitor tanda vital

memonitor status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, nadi adekuat)

memberikan  penkes kepada orang tua untuk pemberian oralit/lgg untuk pertolongan pertama jika diare di rumah.

memonitor BB pasien tiap hari


memantau suhu pasien





memantau suhu lingkungan, batasi tambahan linen tempat tidur


memberikan kompres dingin



melakukan kolaborasi dengan dokter  untuk pemberian antipiretik (paracetamol)


memonitor BB pasien tiap hari


memberikan resistensi gula

memberikan  informasi tentang kebutuhan nutrisi


memonitor  turgor kulit


monitor BB pasien tiap hari
 S = ibu pas mengatakan anaknya tidak lemas
O = anak sedang terbangun dan di gendong ayahnya, terlihat sadar.

S = -
O = balance cairan + 114,8

S = -
O = mukosa lembab, nadi 26x/mnt

S = ibu mengatakan mau diberikan penkes
O = ibu terlihat kooperati
S= -
O= BB 5,2 kg

S = ibu mengatakan anaknya panas
O = anak tidak menangis saat dipasang thermometer, suhu 38ºC

S = -
O = Klien terlihat nyaman jika tidak banyak kain yang menutupi tubuhnya
S = -
O = Klien tidak menangis saat dikompres

S= ibu pasien bertanya obat apa yang diberikan
O= paracetamol 4jam 1x Jika panas ≥ 38°C
S= -
O= 5,2 kg

S= -
O= anak sedang tidur
S= -
O= Ibu kooperatif, bertanya

S= -
O= turgor baik

S= -
O= BB 5,2 kg




F.     EVALUASI
Nama  : An. R
Umur  : 6 bulan
NO DP
HARI/TANGGAL/JAM
EVALUASI
TTD
 1.






2.





3.
 Jumat, 11 -6 -2010
21.00 WIB.





Jumat, 11-6-2010
22.00 WIB




Jumat, 11-6-2010
23.45 WIB
 S : Ibu klien mengatakan anaknya mau minum susu sesuai yang diberikan.
O : turgor anak cukup, anak aktif, saat menangis keluar air mata.
A : risiko kekurangan cairan teratasi.
P : pertahankan kondisi klien

S : ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak panas lagi.
O : 36,8 ˚C
A : hipertermi teratasi.
P : pertahankan kondisi klien.

S : Ibu klien mengatakan  anaknya sudah mau makan.
O : BB = 5,4 kg.
A : kebutuhan nutrisi sebagian teratasi.
P : lanjutkan intervensi.











BAB III
PEMBAHASAN

            Pengkajian pada An. R pada tanggal 8 Juni 2010 di ruang anak, Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang dengan mendapat data sebelum masuk rumah sakit anak panas tinggi, terus menerus terutama sore dan malam, turun dengan penurunan suhu normal saat pagi dan siang hari, tidak ada kejang, tidak menggigil, tidak batuk dan pilek, tidak keluar cairan dari telinga, mencret 4X sehari @ ¼ gelas belimbing, dan nyemprot, tidak ada lendir, tidak ada darah, cair campur ampas warna kuning, tidak muntah, BAK lancar, tidak kesakitan saat BAK. Berobat ke bidan tidak ada perubahan. ± 6 hari sebelum masuk ke rumah sakit anak dibawa berobat ke dokter spesialis anak dilakukan lab darah dikatakan masih baik, kemudian berobat jalan. 1 hari sebelum masuk rumah sakit anak masih panas dan mencret 2X sehari anak tampak lemas, anak tanpa kehausan dan perut kembung. Masalah keperawatan pertama yang muncul adalah risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute normal dehidrasi. Intervensi yang telah dilakukan adalah memonitor keadaan umum pasien, mengkaji balance cairan, memonitor tanda vital, monitor status hidrasi ( kelembaban membrane mukosa, nadi, adekuat), memberikan penkes kepada orang tua untuk pemberian oralit/LGG.
            Hambatan yang dialami, pada saat implementasi adalah anak diajak jalan-jalan oleh orang tuanya dengan alasan mencari udara segar. Tindakan untuk mengatasinya adalah memberikan pengertian kepada orang tua bahwa udara di luar itu tidak baik untuk bayi.
Data fokus kedua, diperoleh data subyektif ibu klien mengatakan klien suhu badannya tinggi. Data obyektif yang diperoleh yaitu suhu anak 38˚C. Implementasi yang telah dilakukan adalah memantau suhu pasien, memantau suhu lingkungan dan batasi linen tempat tidur, memberikan kompres dingin, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik.
Hambatan yang dialami pada saat implementasi adalah anak sulit untuk minum obat terkadang dimuntahkan. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah membujuk anak agar mau minum obat agar cepat sembuh.
            Data fokus ketiga, diperoleh data subyektif, ibu klien megatakan bahwa anaknya susah makan. Data obyektif yang diperoleh anak terlihat lemas, kurang aktif. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi kepada keluarga pasien, mengkaji adanya alergi makanan, memberikan resistensi gula, memonitor BB pasien setiap hari.
Hambatan yang dialami  pada saat implementasi adalah ibu terkadang tidak kooperatif karena ingin memberikan makan yang tidak sesuai program. Tindakan untuk mengatasi ini adalah memberikan pengertian tentang kebutuhan nutrisi yang baik untuk bayi, dan menyarankan orang tua untuk memantau asupan nutrisi.
            Pada teori tentang cairan dijelaskan bahwa batasan dehidrasai pada anak usia di bawah 2 tahun dikatakan dehidrasi ringan jika kehilangan cairan 175 cc, dehidrasi sedang jika kehilangan cairan 200 cc, dan berat jika kehilangan cairan 250 cc. di dalam kasus ini An. R tidak mengalami kekurangan cairan, karena Balance cairannya bernilai (+) Positif.  Sehingga anak ini tidak mengalami dehidrasi tetapi bisa berisiko menuju kearah dehidrasi.



BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
          Diare pada anak merupakan penyakit yang umumnya diakibatkan oleh infeksi atau dapat disebabkan oleh faktor makanan maupun psikologis pada anak yang dapat menyebabkan dehidrasi, syok, dan kematian. Berdasarkan pada hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa gangguan volume cairan pada An. R dapat teratasi di buktikan dengan mukosa lembab, anak tidak rewel, tidak tampak lemah, cairan tubuh mulai seimbang dan turgor kulitnya elastis.
B.     SARAN
          Pada kasus diare pada anak, sebaiknya diperhatikan dengan benar intake maupun output serta TTV pada anak dan pelaksanaan yang utama yaitu rehidrasi dengan benar.
1.      Bagi perawat sebaiknya memperhatikan dengan seksama
ü  Intake serta output cairan.
ü  Adanya kelemahan fisik.
ü  Kebutuhan nutrisi apakah meningkat atau menurun.
ü  Proses tumbang pada anak
ü  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat baik secara IV maupun injeksi
2.      Bagi para orang tua, sebaiknya:
ü  Selalu memantau input serta output anak misalnya makan, minum dan pola makan
ü  Selalu sedia oralit jika anak diare
ü  Segera bawa ke RS, jika demam anak tidak turun.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, lynda juall. 2000. Buku saku diagnose keperawatan. Edisi 8. EGC : Jakarta
Doengoes, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih bahasa : I made karyasa. EGC : Jakarta
Potter, patricia a. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik, EGC : Jakarta
________.Asuhan keperawatan anak hisprung. http://ners-cbm-sholihah.blogspot.com. Diakses pada 27 Juni 2010.

________. Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids) http://www.sehatgroup.web. Diakses 16 Juni 2010.

________. Askep Diare. www. rusari.com Diakses pada 30 Juni 2010.









                                     

 

No comments:

Post a Comment