1.
Pengertian
Kanker
serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian
terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. ( Diananda,Rama,
2009 )
Kanker
serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang
dimanifestasikan dengan gagalnya untuk
mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
2. Etiologi
Kanker serviks terjadi
jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel
serviks terus membelah, maka akan terbentuk
suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas
maka keadaannya disebut kanker serviks.
3.
Factor resiko:
1. HPV
( Human Papiloma Virus ) HPV adalah
virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a) Timbulnya
keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b) Dalam
pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada kondilom akuminata.
c) Pada
penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh beberapa faktor yaitu:
epidemiologic infeksi HPV ditemukan
angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d) DNA
HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2. Merokok
Pada
wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen
infeksi virus.
3. Hubungan
seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
4. Berganti
- ganti pasangan seksual.
5. Suami
atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada
usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan
wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian
DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
7. Pemakaian
Pil KB.
Kontrasepsi
oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun
dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko
relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat
sesuai dengan lamanya pemakaian.
8. Infeksi
herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
9. Golongan
ekonomi lemah.
Dikaitkan
dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear
secara
rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )
4.
Stadium klinis
Klasifikasi
internasional tentang karsinoma serviks uteri :Tingkat kriteria
Tahap
O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
Tahap
I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun ada
perluasan ke korpus uteri.
Tahap
Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih
dari 1 mm, sel tumor tidak
terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Tahap
Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi
serviks uteri.
Tahap
II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian
bawah ) atau area para
servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap
IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate
tumor.
TahapIIb
: Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetap belum
sampai pada dinding
panggul.
Tahap
III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul.
Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata
pada dinding panggul. Urogram
IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter
tersumbat oleh tumor.
Tahap
IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap
IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan
klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
Tahap
IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau
kandang kemih (dibuktikan
secara histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar
paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap
IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau
kandung kemih.
Tahap
IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
(
Dr Imam Rasjidi, 2010 )
5.
Manesfestasi Klinik
1. Keputihan
yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan
yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan
yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan
spontan saat defekasi.
5. Perdarahan
diantara haid.
6. Rasa
berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia
akibat pendarahan berulang.
8. Rasa
nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
(Dr RamaDiananda, 2009
)
6.
Patofisiologi
Dari beberapa faktor
yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat berkembang
menjadi sel displasia. Apabila selkarsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf
akan timbul masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja sistem
urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko
penyebaran infeksi. Keputihan yang
berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat
diambil masalah keperawatan gangguan
pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga timbul
masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker
leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka
mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (
biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang
dan resiko injury pun akan muncul. Tidak
sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang
dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, ancaman status kesehatan
dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.
(Price, syivia Anderson, 2005)
7.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Sitologi
Pemeriksaan ini yang
dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP )
sangat bermanfaat untuk
mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya
melebihi 90% bila
dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining
sel - sel serviks yang
tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian
diseleksi. Kanker hanya
dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah
pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi,
suatu alat yang dapat
disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga
rendah dengan sumber
cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ).
Kalau pemeriksaan sitologi
menilai perubahan morfologi sel - sel yang
mengalami eksfoliasi,
maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel
dan vascular serviks
yang mencerminkan perubahan biokimia dan
perubahan metabolik
yang terjadi di jaringan serviks.
c.
Biopsi
Biopsi dilakukan
didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat )
terlihat seluruhnya
dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat
seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis
serviskalis tidak dapat
dinilai, maka contoh jaringan diambil secara
konisasi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus
tajam sehingga harus
diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah
pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa
sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ),
dengan kanalis
servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, tindakan
konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas
jaringan yang
dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal
pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan,
dapat dilakukan tes
Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan
larutan lugol ( yodium
5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi
dilakukan diluar daerah
dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna
oleh larutan lugol ).
Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan -
keadaan sebagai berikut
:
1. Proses dicurigai
berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak
seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik
mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara
hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman ,
2006 )
8.
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium
awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium
lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa
digunakan adalah angka harapan hidup
5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti
menyebutkan bahwa angka harapan hidup
untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher
rahim ini juga mendapatkan sitostatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat
sitostatika antara lain :
a.
Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang
mematikan semua sel
pada
siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b.
Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase
tertentu darimana
proliferasi
termasuk obat fase spesifik.
c.
Golongan obat yang merusak sel akan tetapi
pengaruh proliferasi sel
lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
9.
Penatalaksanaan
Keperawatan
Dalam lingkar perawatan
meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi
yaitu memilih kulit yang baik dengan
menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan
kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain
hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14
hari sesudah pengobatan, dan melakukan
perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi
internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan
umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi
antara lain menurunkan kebutuhan untuk
enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas
panjan dan latihan rom dan jelaskan pada
keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monitor tanda - tanda vital tiap 4 jam.
Memberikan posisi semi
fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan support
mental. Perawatan post pengobatan
antara lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan
pneumonia ), monitor intake dan output
cairan. (Bambang sarwiji, 2011)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Usia saat pertama kali
melakukan hubungan seksual
Salah satu faktor yang
menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah
dibawah umur 18 tahun.
1. Perilaku seks
berganti - ganti pasangan
Dengan
perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker
serviks
dapat ditularkan dengan mudah.
2. Sosial Ekonomi
Sosial
ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap
smear
secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
3. Tingkat pengetahuan
Tingkat
pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan
kurangnya
pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker
seviks.
4. Aspek mental: harga
diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, peran
diri,
emosional.
5. Perineum; keputihan,
bau, kebersihan
Keputihan
yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher rahim
yang
mulai mengalami metastase.
6. Nyeri ( daerah
panggul atau tungkai )
Nyeri
bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan
abnor
malita pada organ - organ daerah panggul.
7. Perasaan berat
daerah perut bagian bawah
Sel
- sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf -
syaraf
disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat
pada
daerah tersebut.
8. Gaya hidup
Gaya
hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat
memicu
sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang - orang
dengan
gemar berganti - ganti pasangan dengan mengesampingkan efek
negatifnya
kemungkinan besar dapat timbul gejala - gejala tersebut
sehingga
mengarah pada terjadinya kanker leher rahim.
9. Siklus Menstruasi
Siklus
menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara
siklus
haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
10.
Riwayat Keluarga
Seorang
ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
(
Doengoes, 2005 )
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri
berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian sel.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri hilang
atau berkurang.
Kriteria :
a.
pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0- 3.
b.
Ekspresi wajah rileks.
c.
Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi
:
a.
Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala
nyeri.
b.
Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi,
message.
c.
Awasi dan pantau TTV.
d.
Berikan posisi yang nyaman.
e.
Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional
:
a.
Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang
akan
dilakukan selanjutnya.
b.
Mengurangi rasa nyeri.
c.
Mengetahui tanda kegawatan.
d.
Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.
e.
Mengontrol nyeri maksimum.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual muntah karena proses eksternal Radiologi .
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
a.
Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas.
b.
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
c.
Berat badan klein normal.
d.
Hasil hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi
:
a.
Kaji status nutrisi pasien
b.
Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
c.
Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya protein
dan
tetap sesuai diit ( Rendah Garam ).
d.
Pantau masukan makanan setiap hari.
e.
Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
Rasional
:
a.
Untuk mengetahui status nutrisi
b.
Memantau peningkatan BB.
c.
Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.
d.
Identifikasi defisiensi nutrisi.
e.
Agar nutrisi terpenuhi
c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan
dengan pengeluaran pervaginam ( darah, keputihan ).
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak
terjadi penyebaran infeksi dan dapat menjaga diri dari
infeksi .
Kriteria hasil :
a.
Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks
b.
Tanda - tanda vital dalam batas normal.
c.
Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasien
keluarga,
pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung.
d.
Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk
e.
.Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.
Intervensi
:
a.
Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
b.
Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
c.
Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
d.
Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.
e.
Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.
f.
Koloborasi pemeberian antibiotik.
Rasional
:
a.
Mengurangi terjadinya infeksi.
b.
Agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
c.
Mencegah terjadinya infeksi.
d.
Membantu mempercepat penyembuhan.
e.
Mencegah terjadinya infeksi.
d. Cemas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan
hilang
atau berkurang.
Kriterial
hasil :
a.
Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang.
b.
Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
c.
Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian.
d.
Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan mengklarifikasi
rasa
takut.
e.
Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan
pengobatan
dan klien mendapat dukungan dari terdekat.
Intervensi
:
a.
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
b.
Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk bicara.
c.
Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan
menyentuh
klien.
d.
Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali dan
mengklarifikasi
rasa takut.Beri informasi akurat, konsisten mengenai
prognosis,
pengobatan serta dukungan orang terdekat.
Rasional
:
a.
Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
b.
Membantu mengurangi kecemasan.
c.
Meningkatkan kepercayaan klien.
d.
Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.
e.
Mengurangi kecemasan.
e.
Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan efek dari prosedur
pengobatan.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
kerusakan
intergritas kulit.
Kriteria
hasil :
a.
Pasien atau keluarga dapat mempertahankan keberhasilan
pengobatan
tanpa mengiritasi kulit.
b.
Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma
kulit.
c.
Pasien keluarga beserta TIM medis dapat meminimalkan trauma
pada
area terapi radiasi.
d.
Pasien, keluarga beserta tim medis dapat menghindari dan mencegah
cedera
dermal karena kulit sangat sensitif selama pengobatan dan
setelahnya.
Intervensi
:
a.
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
b.
Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit
yang
kering dari pada menggaruk.
c.
Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat terapi
radiasi.
d.
Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar pada, biarkan
pasien
menghindari penggunaan bra bila ini memberi tekanan.
Rasional
:
a.
Mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
b.
Membantu menghindari trauma kulit.
c.
Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.
d.
Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.
f. Resiko injuri berhubungan
dengan kelemahan dan kelelehan.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
cedera
atau injuri.
Kriteria
hasil :
a.
Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulasi.
b.
Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan melakukan
aktifitas.
c.
Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada ektremitas.
Intervensi
:
a.
Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara tepat.
b.
Anjurkan untuk berpegangan tangan atau minta bantuan pada
keluarga
dalam melakukan suatu kegiatan.
c.
Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan alat bantuan.
Rasional
:
a.
Membantu mengurangi kelelahan.
b.
Membantu pasien untuk melakukan kegiatan.
c.
Membantu mempercepat penyembuhan.
g. Gangguan pola seksual
berhubungan dengan metaplasia penyakit.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien
mampu
mempertahankan aktifitas seksual pada tingkat
yang
diinginkan bila mungkin.
Kriteria
hasil :
a.
Pasien mampu memahami tentang arti seksualitas, seksualitas
dapat
diungkapkan dengan bentuk perhatian yang diberikan
seseorang.
Intervensi
:
a.
Kaji masalah- masalah perkembangan daya hidup.
b.
Catat pemikiran pasien/ orang- orang yang berpengaruh bagi pasien
mengenai
seksualitas
c.
Evaluasi faktor- faktor budaya dan religius/ nilai dan konflik- konflik
yang
muculberikan suasana yang terbuka dalam diskusi mengenai
masalah
seksualitas.
d.
Tingkatkan keleluasaan diri bagi pasien dan orang- orang yang
penting
bagi pasien.
Rasional
:
a.
Faktor- faktor seperti menoupose dan proses penuan remaja dan
dewasa
awal yang perlu masukan dalam pertimbangan mengenai
seksualitas
dalam penyakit yang perawatan yang lama.
b.
Untuk memberikan pandangan bahwa keterbatasan kondisi/
lingkungan
akan berpengaruh pada kemampuan seksual tetapi
mereka
takut untuk menanyakan secara lansung.
c.
untuk mempengaruhi persepsi pasien terhadap masalah seksual yang
muncul.
d.
Apabila masalah- masalah diidentifikasikan dan di diskusikan maka
pemecahan
masalah dapat ditemukan
e.
Perhatikan penerimaan akan kebutuhan keintiman dan tingkatkan
makna
terhadap pola interaksi yang telah dibina
h.
Resti terjadinya syok hipovolemik
berhubungan dengan perdarahan
pervaginam.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan syok
berkurang
atau tidak terjadi syok.
Kriterial
hasi :
a.
pasien tidak mengalami anemia
b.
Tanda - tanda vital stabil.
c.
Pasien tidak tampak pucat.
Intervensi
:
a.
Kaji adanya tanda terjadi syok
b.
Observasi KU
c.
Observasi TTV
d.
Monitor tanda pendarahan
e.
Check hemoglobin dan hematokrit
Rasional
:
Mengetahui
adanya penyebab syok
a.
Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat
terjadi
pendarahan sehingga segera diketahui tanda syok.
b.
TTV normal menandakan keadaan umum baik.
c.
perdarahan cepat diketahui dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai
syok.
d.
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
pasien
sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
(Doengoes,
2005)
terimakasih banyak untuk pembahasannya ini sangat membantu
ReplyDeletehttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-kanker-serviks/
Your welcome
ReplyDeleteYour welcome
ReplyDeleteCa cervix dapat menyebabkan anemia hipovolemik ? Bisa tolong tunjukkan literaturnya ? Terimakasih .
ReplyDeleteby: OBAT KEPUTIHAN
ReplyDeleteTerima kasih untuk berbagi informasi dengan kami , Setelah membaca artikel Anda saya menjadi sangat tertarik dengan blog yang Anda kelola
Thank,s untuk tulisannya semoga terus menyediakan referensi untuk pembaca. Salam sejawat ners.
ReplyDelete